HSI 09
Episode 4/25

HSI 09 ~ Halaqah 04 dari 25

Kajian ini menjelaskan tingkatan pertama dalam beriman kepada takdir (maratibul qadar), yaitu Al-'Ilm atau ilmu Allah. Ustadz Abdullah Roy memaparkan bahwa keimanan ini mencakup keyakinan akan ilmu Allah yang Maha Luas, meliputi segala sesuatu yang telah, sedang, akan, dan bahkan yang tidak terjadi, berdasarkan dalil dari Al-Quran dan Hadits.

Abdullah Roy
29 Agustus 2025
takdir
maratibul qadar
ilmu Allah
akidah
rukun iman
0:00--:--

Cara Beriman dengan Takdir Allah (Bagian 1): Mengimani Ilmu Allah

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah wassalatu wassalamu 'ala Rasulillah ﷺ wa 'ala alihi wa sahbihi ajma'in.

Halaqah yang keempat dari silsilah ilmiah Beriman dengan Takdir Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah tentang cara beriman dengan takdir Allah, yang akan dibahas pada bagian pertama ini.

Maratibul Qadar: Tingkatan-Tingkatan Takdir

Cara beriman dengan takdir Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah dengan mengimani maratibul qadar, yaitu tingkatan-tingkatan takdir yang jumlahnya ada empat. Pada halaqah ini, kita akan membahas tingkatan yang pertama.

Tingkatan Pertama: Al-'Ilm (Ilmu Allah)

Tingkatan pertama adalah mengimani ilmu Allah Subhanahu wa Ta'ala yang meliputi segala sesuatu. Baik itu sesuatu yang ada maupun yang tidak ada, yang mungkin terjadi, maupun yang tidak mungkin terjadi.

Allah Subhanahu wa Ta'ala mengetahui segala yang ada di langit maupun di bumi, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

"Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. Al-Baqarah: 282)

Ilmu Allah Subhanahu wa Ta'ala mencakup semua hal tanpa terkecuali, sebagaimana firman-Nya:

وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ

"Dan di sisi-Nyalah kunci-kunci semua yang gaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia. Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tidaklah jatuh sehelai daun pun melainkan Dia mengetahuinya. Dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Al-Lauhul Mahfuzh)." (QS. Al-An'am: 59)

Cakupan Ilmu Allah yang Maha Luas

  1. Mengetahui yang Sudah, Sedang, dan Akan Terjadi: Allah Subhanahu wa Ta'ala mengetahui segala peristiwa di masa lalu, yang terjadi saat ini, dan yang akan datang.

  2. Mengetahui Sesuatu yang Tidak Terjadi: Bahkan, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengetahui sesuatu yang tidak Dia takdirkan untuk terjadi, dan Dia tahu bagaimana kejadiannya seandainya hal itu terjadi. Contohnya adalah firman Allah tentang orang-orang kafir:

    وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ

    "Dan seandainya mereka (yaitu orang-orang kafir) dikembalikan ke dunia, niscaya mereka akan kembali melakukan apa yang sudah dilarang darinya. Dan sesungguhnya mereka adalah para pendusta." (QS. Al-An'am: 28)

    Artinya, Allah tahu bahwa seandainya permintaan orang kafir di neraka untuk kembali ke dunia dikabulkan, mereka pasti akan kembali berbuat kufur.

  3. Mengetahui Nasib Makhluk Sebelum Diciptakan: Allah Subhanahu wa Ta'ala mengetahui segala hal tentang makhluk-Nya bahkan sebelum mereka diciptakan. Dia telah mengetahui rezeki, ajal, amalan, setiap gerak-gerik, kesengsaraan, dan kebahagiaan mereka. Bahkan, Allah telah mengetahui siapa di antara mereka yang akan menjadi penghuni surga dan siapa yang akan menjadi penghuni neraka.

Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu, ketika ditanya tentang anak-anak orang musyrik:

اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ

"Allah lebih tahu tentang apa yang akan mereka amalkan." (HR. Bukhari dan Muslim)

Beliau ﷺ juga bersabda:

مَا مِنْ نَفْسٍ إِلَّا وَقَدْ عُلِمَ مَنْزِلُهَا مِنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ

"Tidak ada sebuah jiwa kecuali telah diketahui tempatnya di dalam surga dan neraka." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Kewajiban Seorang Muslim

Menghadapi ketetapan ini, kewajiban seorang muslim adalah senantiasa berbaik sangka kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberinya hidayah Islam dan sunnah Rasulullah ﷺ. Kemudian, istiqamah dalam beriman dan beramal saleh hingga akhir hayat.


Poin Penting untuk Diingat:

  • Beriman kepada takdir dilakukan dengan mengimani empat tingkatan (maratibul qadar).
  • Tingkatan pertama adalah Al-'Ilm, yaitu mengimani ilmu Allah yang Maha Luas dan meliputi segala sesuatu.
  • Ilmu Allah mencakup masa lalu, masa kini, masa depan, dan bahkan hal yang tidak terjadi (beserta skenarionya).
  • Allah telah mengetahui nasib setiap makhluk, termasuk rezeki, ajal, dan tempat kembalinya (surga atau neraka) bahkan sebelum mereka diciptakan.
  • Sikap kita adalah berbaik sangka kepada Allah dan istiqamah dalam ketaatan.

Demikian yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Abdullah Roy Kota Al-Madinah

Terakhir diperbarui: 29/8/2025